Wednesday 18 September 2013

Selain Bisa Turunkan Bobot, Diet Juga Perbanyak Bakteri 'Baik' di Usus

Arti diet yang sebenarnya adalah mengatur pola makan yang sehat, bukan melulu untuk menurunkan berat badan. Namun jika dilakukan dengan tepat, diet nyatanya selain bisa menjaga kesehatan, juga dapat memperkaya ragam jenis bakteri baik yang terdapat di saluran cerna.
Saat ditanya mengenai 'sehat', fakta tentang adanya jutaan mikroba di dalam usus mungkin tak terpikirkan. Faktanya beberapa terobosan ilmiah telah menemukan hubungan antara komposisi bakteri terhadap segala macam penyakit termasuk asma, depresi, dan kolitis. Meskipun masih butuh penelitian lebih lanjut, hingga saat ini diyakini bahwa komposisi bakteri di dalam usus juga berpengaruh pada berat badan.
Penelitian sebelumnya membandingkan mikrobiota usus pada 292 orang Denmark. Ditemukan sebuah pola yang jelas dan tak terduga, yaitu sekitar seperempat dari mereka memiliki bakteri dalam jumlah rendah, yang berarti usus mereka pun lebih sedikit memiliki jenis bakteri. Mereka dengan jumlah bakteri lebih sedikit faktanya lebih gemuk daripada mereka dengan bakteri cukup tinggi.
Para peneliti juga menemukan bahwa kelompok tersebut lebih berisiko untuk terkena penyakit yang berhubungan dengan obesitas seperti diabetes tipe 2 dan masalah jantung, sebab mereka memiliki resistensi insulin, trigliserida, dan kadar kolesterol tinggi, serta peradangan.
"Hasil penelitian ini memungkinkan dilakukan terapi bakteri, misalnya tipe baru probiotik yang mungkin bisa melawan peningkatan berat badan berlebihan," ungkap Dr Dusko Ehrlich, PhD, penulis studi dan direktur penelitian di French National Institute for Agricultural Research, seperti dikutip dari Prevention, Senin (9/9/2013).
Serat tidak larut merupakan contoh makanan yang baik bagi usus untuk proses fermentasi. Meskipun masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan, namun Dr Ehrlich mengatakan bahwa orang dengan jumlah bakteri tinggi memiliki kecenderungan yang lebih juga untuk mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dibandingkan dengan mereka yang jumlah bakterinya rendah.
Dr Ehrlich dan tim peneliti lain kemudian melakukan penelitian kedua. Mereka menerapkan pola diet penurunan berat badan terhadap 49 orang dengan obesitas. Mereka diberi diet kalori terbatas selama 6 minggu.